Sunday, October 10, 2010

Pemenang Lomba Karya Tulis Periode Pertama

10 Oktober 2010. 
Pemberian Hadiah

Pada tanggal ini diadakan prosesi pemberian penghargaan oleh Divisi Akademik kepada pemenang peserta lomba karya tulis periode pertama, Saudari Rifka Aisyah. Karya yang dimenangkan tersebut berjudul "Tak Akan Kukhianati".  Pemberian penghargaan dilakukuan oleh ketua divisi akademik secara langsung, yaitu Saudari Pilandari Lembono bertempat di Sheng li 6 lantai 2. Selamat kepada Saudari Rifka, teruskan karya-karyamu.

Gbr 1. Ketua divisi akademik, Pilan, memberikan hadiah secara langsung kepada Saudari Rifka


Gbr 2. Ketua divisi akademik, Pilan, memberikan piagam penghargaan kepada Saudari Rifka



Gbr 3. Berpose bersama setelah prosesi pemberian penghargaan selesai dilakukan
 

Saturday, October 9, 2010

Kontestan Satu

Menunjukkan Jati Diri Indonesia Melalui Pagelaran Budaya: Dalam Rangka Indonesian Cultural Day oleh PPI Tainan

Mana dadamu ini dadaku, dalam makna positif menyatakan sebuah kebanggaan akan siapa kita yang sesungguhnya. Semangat menunjukkan jati diri kita namun bukan berarti menyombongkan diri.  Ada sebuah kecendrungan, semakin jauh dari kampung halaman semakin kuat rasa untuk menunjukkan jati diri kita. Ini ditunjukkan dari meningkatnya rasa persaudaraan dan keakraban sesama perantau.  Sebuah contoh semangat untuk menunjukkan jati diri secara alamiah dapat dirasakan disaat sedang menyaksikan pertunjukkan seni budaya lokal Taiwan. Di dalam hati ada keinginan  untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki kebudayaan yang tidak kalah menarik, seolah kita ingin mengatakan itu dadamu ini dadaku.  Dalam arti, secara sadar atau tidak, ada keinginan untuk memahsyurkan budaya Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengadakan kegitan budaya Indonesia bersama seperti kegiatan Hari Kebudayaan Indonesia (Indonesian Cultural Day (ICD)), yang direncanakan akan dilaksanakan pada Desember 2010 di National Cheng Kung University (NCKU) Tainan Taiwan oleh PPI Tainan.
Semangat dan kecintaan kita akan Indonesia dapat diapresiasikan melalui kegiatan seni budaya tradisional Indonesia. Menampilkan seni budaya Indonesia melalui kegiatan ICD memiliki berbagai manfaat diantaranya: secara langsung membina persatuan dan kesatuan serta kecintaan sesama perantau terhadap budaya daerah dan budaya Indonesia secara umum. Dalam arti mengikat tali kerja sama, memperlengkapi diri dengan daya tarik daerah dengan memiliki kemampuan seperti menari Saman, bermain musik Angklung, olah raga Pencak Silat dan sebagainya. Manfaat yang secara tidak langsung adalah kita telah ikut mempromosikan kebudayaan berbagai daerah di Indonesia untuk menarik perhatian masyarakat Internasional terhadap berbagai daerah tujuan wisata selain Bali dan Borobudur yang sudah termahsyur di dunia. Manfaat ini selain memberikan arti yang positif bagi kita dan Indonesia, juga memberikan arti yang luas akan pengenalan jati diri bangsa, akan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia Internasional. 
Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki budaya yang sangat kaya. Beragam atraksi budaya yang dapat ditampilkan, seperti: tarian, lagu, alat musik, makanan-minuman, olah raga, permainan, produk kerajinan dan juga pakaian tradisional Indonesia. Sejumlah tarian tradisional memilki daya tarik tersendiri, contoh tari Saman Aceh misalnya, dengan gerakan serasi dan cepat, sangat atraktif dan menarik, dengan diiringi vokal para penari dan suara hentakkan tangan kedada dan tepukan tangan, sangat unik dan langka. Tari Sumatera lainnya diantaranya: Serampang Duabelas Melayu Deli, Tor-tor Tapanuli, Sekapur Sirih Jambi dan tari Piring Padang. Tarian daerah dari Jawa seperti Jaipongan Jabar, Serimpi Jateng dan Kuda Lumping Jatim, dan daerah lainnya merupakan pertunjukkan yang akan sangat menarik untuk ditampilkan. Pertunjukan Wayang Golek Jawa, Pencak Silat bahkan demo Kerajinan Membatik tentunya akan menjadi pagelaran budaya yang sangat berkesan. Musik tradisional seperti Angklung, Kecapi, Seruling, Gondang dan sebagainya. Kerajinan tradisional, Pakaian Adat pada upacara perkawinan dengan segala pernak-perniknya dari berbagai daerah adalah kekayaan budaya yang sangat berharga dan mungkin hanya ada di Indonesia. Makanan tradisional khas seperti Cipera-Karo, Rendang-Padang, Soto Medan, Soto Betawi, Lontong dan Ketupat atau Lemang. Minuman seperti Cendol, Bandrek, Temulawak, juga Jamu dan jenis kue seperti Getuk Lindri, Klepon, Lepat-Pisang dan sebagainya, dapat di sajikan sebagai produk budaya tradisional bercita rasa Indonesia seperti contoh pada Gambar 1 di bawah.


Gambar 1. Kue dan minuman tradisional dari kiri ke kanan: Getuk Lindri, Es Cendol serta Lepat Pisang.
(Sumber foto: getuk lindri dari cookingwithouthborders.wordpress.com; cendol dari belindo.com; lepat pisang dari yanakitchen.blogspot.com)

Budaya merupakan sebuah kebiasaan yang terjaga dan terpelihara. Apresiasi budaya Indonesia di Taiwan, Tainan khususnya, telah dilakukan secara berkelompok. Persatuan Pelajar Indonesia di Tainan (PPI Tainan) dan Forum Kerukunan Keluarga Besar Warga Indonesia di Taiwan (FKKBWIT) telah berperan aktif mempromosikan budaya Indonesia dalam berbagai kegiatan. Pelajar Indonesia di NCKU pada acara Dormitory Festival (2007), telah menampilkan pagelaran busana Indonesia. Di ajang Food Festival (2008 dan 2010) menampilkan berbagai makan khas Indonesia. PPI juga ambil bagian di NCKU International Cultural Festival (ICF) dan Exhibition (ICE) (2009), menampilkan tarian dari Jawa dan Karo-Sumatera Utara. Kegiatan seni budaya oleh negara sahabat seperti Vietnam Cultural Day  juga diisi oleh mahasiswa Indonesia dengan menampilkan tari Saman-Aceh (2009) dan disejumlah kegitan budaya lainnya di berbagai universitas di Tainan dan sekitarnya hingga ke Taipei. Semuanya kegiatan ini mendapat sambutan positif dari pengunjung. Gambar 2 (kiri) di bawah, menampilkan tari Karo, yang dibawakan oleh mahasiswa Indonesia dan simpatisan negara sahabat dari Turki dan Taiwan dalam mengisi acara ICE 2009. Tarian Karo secara berpasangan memiliki keunikan tersendiri dengan gaya gerak serempak dan dilanjutkan dengan gerakkan bebas dinamis, cukup memukau pengunjung.
FKKBWIT di Tainan dapat dikatakan sebagai salah satu agen kebudayaan Indonesia di Taiwan. Perkumpulan ini merupakan pelopor dan secara giat menampilkan berbagai seni budaya Indonesia di Taiwan. Contoh kegiatan di acara halal bihalal 2010 di Tainan,  berbagai kelompok dibawah FKKBWIT menampilkan tari Jaranan/Kuda lumping yang sangat menarik perhatian pengunjung. Gambar 2 (kanan) di bawah ini menyajikan tari Jaranan dengan menungang kuda lumping menari dengan aksi menawarkan sebuah kekuatan yang terlihat cukup keras namun penuh dengan cita rasa seni, diiringi dengan musik khas Jawa yang menawan.



Gambar 2. Tari Karo di International Cultural Exhibition (ICE) NCKU, 2009 dan  Kuda Lumping/Jaranan di Acara Halal Bihalal FKKBWIT Tainan, 2010. (foto koleksi pribadi)

Satu hal yang perlu disadari, bahwa kita merupakan wakil-wakil Indonesia di negeri formosa ini, mari tunjukkan jati diri bangsa dengan rasa tangung jawab untuk kemahsyuran Indonesia. Ini adalah sebuah tugas yang mulia. Setiap individu merupakan manusia yang mewakili budayanya, dengan pengalaman yang ada dan didukung semangat kebersamaan diharapkan semua anak bangsa di perantauan Tainan,Taiwan, khususnya mahasiswa Internasional dapat mendukung dan mensukseskan pelaksanaan Indonesian Cultural Day ini.

Kontestan Dua

Batik, Kebanggan dan Harapan

“Ni shi yinni ma?” seorang sekuriti kampus tiba-tiba menyapaku ketika aku hendak kuliah. Aku sedikit terkejut, karena merasa tidak mengenal sekuriti tersebut. Aku malah sedikit kebingungan dan tidak otomatis menjawab karena perbendaharaan kata bahasa cina yang kumiliki sangat terbatas. Namun senyumnya yang ramah, membuat aku juga dengan segera membalas. ”Dui’, sahutku dengan senyum juga. Sejurus kemudian aku berusaha  bertanya kok bisa tahu, atau minimal ingin tahu kenapa dia menebak seperti itu. Apa karena warna kulitku, ya. Ah, orang Thailand, Philipina kayaknya mirip juga, pikirku. Namun lagi-lagi kosa kata yang terbatas membuat aku diam dan hanya bisa bergumam, “Hmmmm..ni dong.....”. Berharap dia mengerti.
Tapi sekuriti ini entah pernah belajar telepati atau sejenisnya, dia bisa memahami maksudku. Dia menunjuk bajuku lalu memegang bajunya. “Na ge Yinni”, sahutnya. Oh I see. Rupanya dia menandai aku sebagai orang Indonesia dari baju yang kukenakan. Hari itu memang aku lagi mengenakan baju batik.  Dengan semangat aku memegang bajuku sambil menjawab,  “Hao, hao…zhe ge batik Yinni”.
“Dui dui” sambungnya sambil tertawa kecil. Tampaknya dia senang karena tebakannya benar dan aku memahami maksudnya.
Pengalaman kecil tersebut sangat membekas. Ternyata batik sangat identik dengan Indonesia. Saat itu aku bisa merasakan secara real kebenaran pernyataan itu. Dan entah mengapa ada rasa bangga yang secara otomatis menyergap saat itu.

Asal-mula Penggunaan Batik
Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa "amba" yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik (Wikipedia). Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian.
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Sampai saat ini, perkembangan jenis dan corak batik di daerah di Indonesia disesuaikan dengan filosofi dan budaya di tiap daerah. Khasanah budaya bangsa Indonesia yang kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal.
Awalnya batik digunakan sebagai bahan pakaian namun meluas dalam penggunaan interior. Mulai dari bantal lantai, bantal kursi, seprei, gorden, hiasan dinding hingga bedcover.
Walaupun berasal dari bahasa Jawa, para ahli sejarah memiliki pandangan yang berbeda dari mana asal batik pertama kali. Tidak heran dari negara lain juga punya motif-motif batik sendiri sampai saat ini. Di Indonesia, batik dipercaya sejak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX.

Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa
UNESCO, badan PBB yang membidangi Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan bahwa batik Indonesia adalah “Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi “ (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009 (Wikipedia). Pengukuhan itu sebenarnya membuktikan bahwa batik merupakan warisan budaya kita. Bukan punya bangsa lain dan tidak bisa diklaim bangsa lain. Kita harusnya bangga dan semakin mencintai batik. Namun sering sekali kita merasa tidak memilikinya dan tidak merasa penting akan sesuatu sampai suatu sesuatu itu diambil ataupun diganggu orang lain.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika Malaysia mengklaim beberapa budaya Indonesia  seperti Reog, tari Pendet, Lagu Rasa Sayang Sayange, masakan rendang serta batik sebagai budaya mereka. Betapa kita kecewa, kesal, dan marah kepada Malaysia saat itu. Pemerintah juga terkesan lambat untuk mempromosikan dan mempopulerkan batik ke dalam kancah dunia internasional.
Saya memiliki mimpi agar suatu saat batik menjadi pakaian resmi pemerintahan/ kepresidenan. Presiden Indonesia sebaiknya menggunakan batik dalam acara penting kenegaraan, seperti menerima tamu dari negara lain, mengunjungi kepala negara lain, serta menghadiri acara resmi bersama kepala negara lain. Presiden sebaiknya tidak lagi menggunakan jas, karena jas bukan produk negeri kita, melainkan produk/gaya barat. Dengan salah satu cara ini, batik akan semakin populer di mata dunia sebagai budaya milik Indonesia.


Jangan Malu Mengenakan Batik
Saya kenal dengan seseorang yang sangat bangga dengan batik Indonesia. Pak Daniel namanya. Relasinya banyak di luar negeri. Pak Daniel ini selalu mengenakan batik bila ke luar negeri untuk melakukan urusan bisnis. Bahkan ketika menikah dan mengadakan resepsi, ia dan istrinya dengan bangga mengenakan batik, tidak mengenakan jas dan gaun pengantin sebagaimana lazimnya busana yang dikenakan pasangan yang menikah. Baginya pakaian batik sangat indah dan merupakan warisan budaya nenek moyang Indonesia yang perlu dipelihara dan dipertahankan. Jadi, dia tidak pernah merasa malu menggunakan batik pada acara resmi di depan teman-teman internasionalnya.
Ada lagi tokoh yang gemar menggunakan batik. Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Mandela pertama kali mengenakan batik ketika mengadakan kunjungannya ke Indonesia pada tahun 1990, sesaat setelah dibebaskan dari tahanan. Beliau menerima hadiah batik dari mantan Presiden Soeharto. Karena merasa nyaman, pada kunjungan kenegaraan berikutnya di tahun 1997, Mandela kembali mengenakan batik.  Saat itu Presiden RI Suharto terhenyak melihat penampilan sang tokoh Apartheid yang berbusana batik. Sangat kontras dengan Pak Harto sendiri yang justru mengenakan stelan jas lengkap. Bahkan Peraih Nobel Perdamian tahun 1993 itu mengenakan batik untuk bertemu dengan kepala-kepala negara lain. Akhirnya karena batik sudah identik dengan Mandela, di negaranya pakaian batik dijuluki sebagai “Madiba Shirt”. Madiba adalah panggilan akrab Mandela.
Berita paling anyar terjadi ketika penyerahan Trofi Piala Dunia 2010 kepada Mandela sebagai tokoh Afrika Selatan. Kejadian ini sebenarnya berlangsung secara tertutup dan tidak disaksikan wartawan atau fotografer. Namun, FIFA kemudian merilis foto Mandela dengan Trofi Piala Dunia. Dan lagi-lagi baju yang dikenakannya saat itu adalah batik khas Indonesia!


                 (Gbr1 Presiden FIFA, Sepp Blatter menyerahkan trofi Piala Dunia kepada Nelson Mandela)

Nah, apakah kita masih malu menggunakan batik? Kalau orang yang bukan Indonesia saja merasa bangga memakai batik, mengapa justru kita tidak menghargai batik? Kita pun bisa mengenakan batik, baik pada saat formal (seperti saat menghadiri pernikahan, meeting dengan rekan-rekan kerja, dll) maupun informal (rekreasi, berbelanja, JJS, dll). Sekarang motif batik sudah sangat bervariasi. Batik diproduksi dalam berbagai model dan bahan. Dari bahan kaos, katun, bahkan bahan sutera yang harganya lebih mahal dibandingkan bahan lain. Modelnya juga sangat beragam, apalagi untuk busana dan asesoris wanita yang selalu disesuikan dengan gaya dan desain masa kini. Jadi, tidak ada alasan untuk merasa malu mengenakan batik saat ini karena modelnya tak kalah fasionablenya dengan pakaian jenis lain.

Gbr2. Anak-anak PPI  berbatik ria dengan 1001 gaya

Saya pribadi pun merasa senang dan bangga dengan batik dan kerap saya gunakan untuk kuliah dan meeting dengan rekan sekampus. Kalau bukan kita siapa lagi yang mencintai batik. CINTA BATIK, CINTA INDONESIA.






Kontestan Tiga


Indonesian Cultural Day 2010 Untuk Satu Indonesiaku

     "This country, the Republic of Indonesia, does not belong to any group, nor to any religion, nor to any ethnic group, nor to any group with customs and traditions, but the property of all of us from Sabang to Merauke!" (Ir. Soekarno, pidato di Surabaya, 24 September 1955)

Ketika eksistensi kepedulian masyarakat terhadap budaya Indonesia semakin dipertanyakan, identitas sebagai bangsa Indonesia semakin memudar dari waktu ke waktu. Minat generasi muda terhadap tradisi dan budaya semakin tergantikan oleh maraknya internasionalisasi sebagai pola hidup masa kini. Sampai saatnya kita berada jauh dari tanah air Indonesia, kita baru menyadari betapa berharganya kekayaan seni dan budaya Indonesia.
Kerinduan akan negeri Indonesia kemudian menumbuhkan rasa cinta yang lebih mendalam terhadap tanah air dan kesadaran akan posisi kita bahwa kita membawa nama baik Indonesia. Mengutip pidato Bung Karno diatas, kita adalah satu bangsa Indonesia, tidak peduli dari latar belakang agama, suku, atau daerah mana, identitas bangsa Indonesia melekat pada masing-masing diri kita.
Nama Indonesia merupakan milik dan tanggungjawab kita bersama. kemanapun kita melangkah, identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan lekang dan tetap melekat selamanya. Walaupun tujuan kita berbeda-beda, ada yang bekerja, belajar, ataupun tujuan lainnya, kita di sini adalah sama-sama duta bangsa Indonesia. Dan tanpa memandang perbedaan latar belakang, kita dipersatukan oleh kebangsaan kita sebagai satu keluarga.
Dalam berbagai kesempatan kita menunjukkan identitas diri kita sebagai bangsa Indonesia dengan menggunakan atribut seperti batik, kebaya, ataupun menampilkan kesenian Indonesia dalam acara-acara kebudayaan. Rasa tanggung jawab sebagai duta bangsa mempersatukan kita di dalam satu visi dan kerjasama yang mempererat tali pesaudaraan.
Untuk ikut mengaktualisasikan visi tersebut, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tainan akan menyelenggarakan Indonesian Cultural Day (ICD) pada bulan Desember 2010. Indonesian Cultural Day atau yang berarti hari kebudayaan Indonesia akan menjadi salah satu program terbesar PPI Tainan tahun ini. Acara ini merupakan wujud kepedulian terhadap kekayaan budaya Indonesia dan ajang promosi kebudayaan Indonesia di Taiwan. Dalam acara ini, akan ditampilkan berbagai macam kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya kesenian daerah berupa musik dan tari, keberagaman kuliner Indonesia juga akan ditampilkan.
Ide terciptanya ICD berangkat dari kerinduan yang mendalam para mahasiswa Indonesia di Tainan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Taiwan. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan orang mengenal hanya sebagian kecil dari Indonesia, misalnya yang paling umum diketahui orang adalah bali dan batik. Padahal masih banyak hal menarik dari Indonesia yang belum tereksplorasi oleh dunia luar karena keterbatasan informasi mengenai Indonesia.
Dengan diselenggarakan ICD, diharapkan dapat membuka pandangan lebih luas tentang Indonesia. Bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan keindahan alam di dalamnya. Pengenalan akan budaya Indonesia di mata internasional juga dapat menjadi titik awal promosi wisata. Kegiatan ini nantinya akan melibatkan para mahasiswa untuk menampilkan kesenian tari dan musik Indonesia. Dengan kata lain ICD juga merupakan pelatihan keterampilan kesenian tradisional bagi para mahasiswa Indonesia. Pada akhirnya, penyelenggaraan ICD ini juga diharapkan dapat menjadi media dalam mempererat tali persaudaraan sesama bangsa Indonesia di Taiwan.
Siapa lagi yang membangun bangsa kita selain diri kita sendiri. Berada jauh dari tanah air bukanlah suatu alasan untuk tidak dapat membangun negeri kita Indonesia. Sebaliknya, ini merupakan suatu kesempatan emas untuk membuka jendela Indonesia sehingga dunia luar dapat melihat keindahan yang ada di dalamnya. Apresiasi dunia terhadap Indonesia ada di tangan kita. Untuk itu mari kita wujudkan visi ini, untuk satu Indonesiaku!


Lomba Karya Tulis Periode 2

Haloo temen2….,,,,

Kembali kami dari Divisi Akademik PPI Tainan akan mengadakan Lomba Karya Tulis. Lomba karya tulis ini terdiri dari beberapa periode, dimana setiap periodenya berlangsung sekitar 2 bulan. Periode kali ini dimulai pada tanggal 28 September 2010 dan berakhir pada tanggal 5 Oktober 2010. Tema lomba karya tulis kali ini adalah : Indonesian Cultural Day. Karya yang menang akan diterbitkan di majalah Intai dan mendapatkan hadiah berupa uang tunai sebesar 1500 NT. Berikut adalah ketentuan yang harus dipenuhi oleh temen2 yang ingin berpartisipasi dalam lomba karya tulis ini.

1.     Yang boleh mengikuti lomba karya tulis ini adalah temen2 yang terdaftar resmi dalam keanggotaan PPI Tainan saat ini (mahasiswa NCKU, STUT, dan NUTN).
2.    Dilarang baik secara sengaja maupun tidak sengaja, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan atau menjelek2kan pihak lain. Atau dengan kata lain NO SARA.
3.    Dilarang melakukan praktek “plagiat” dalam bentuk apa pun. Kutipan atau Quote harus jelas sumbernya.
4.    Tulisan harus bisa dipertanggungjawabkan oleh penulisnya.
5.    Panitia berhak mensortir/mengedit tulisan.
6.    Seorang penulis hanya bisa mengirimkan satu buah karyanya dalam tiap periode.

Berikut ini juga disampaikan pedoman dan tata cara penulisan yang akan dipakai dalam lomba kali ini.
1.     Tulisan berkisar antara 500 – 1000 kata dengan font arial 12, spasi 1.
2.    Peserta diperbolehkan meng-attach maksimal 2 gambar/picture/foto dalam tulisannya.
3.    Bagi peserta yang namanya tidak ingin ditampilkan, harap memberikan informasi kepada panitia. Kerahasiaan nama peserta terjamin oleh panitia.

Temen2 yang berminat mengikuti lomba ini dapat mengirimkan tulisannya ke petrickgideone@123mail.org,  mulai dari 28 September 2010 sampai dengan 5 Oktober 2010. Deadline  : 5 Oktober 2010 pukul 24.00.

Task Leader,

Petrick Gideon Effendi

Hello!

Dear all PPI Tainan's member,

Blog ini dibuat untuk mempublish karya-karya tulis yang dibuat oleh anggota PPI Tainan dalam rangka mengikuti kompetisi karya tulis yang diadakan oleh divisi akademik. Divisi akademik sendiri mengadakan kompetisi tersebut dengan harapan menjadi wadah bagi seluruh anggota PPI Tainan agar melatih kemampuan menulisnya. Kemampuan menulis bukan hal yang sulit untuk dikembangkan apalagi para pelajar wajib memiliki kemampuan tersebut, seperti mempublish jurnal, thesis, ataupun disertasinya. Namun untuk mengembangkan kemampuan menulis tidak harus dimulai dari menulis karya ilmiah, bisa dimulai dari tulisan-tulisan non ilmiah. Kami divisi akademik berharap dari latihan menulis karya-karya non-ilmiah tersebut anggota PPI Tainan bisa mengembangkan kemampuannya merangkai kata.

Akhir kata, Kami divisi akademik mengundang seluruh anggota PPI Tainan untuk mengembangkan idenya dalam tulisan-tulisannya sesuai dengan tema per periode yang akan diberikan. Kompetisi karya tulis ini juga memiliki aturan-aturan penulisan yang wajib diikuti oleh para peserta. Karya tulis yang memenangkan lomba ini akan dipublish di majalah Intai dan mendapatkan hadiah uang tunai 1500 NT plus piagam penghargaan dari divisi akademik. So? Tunggu apa lagi, segera kirimkan karya-karyamu.

Be yourself. Above all, let who you are, what you are, what you believe, shine through every sentence you write, every piece you finish.